Thursday, February 4, 2021

Eps 7. Pernikahan Anak Salah Satu Penyumbang Kemerosotan Ekonomi Negara?

Permasalahan satu ini masih menjadi fenomena serta hal wajar bagi masyarakat, sangat disayangkan banyak masyarakat terkhusus orang tua yang masih buta dengan dampak pernikahan anak entah secara fisik, mental, maupun social ekonomi. Masyarakat yang terutama orang tua yang masih mempercayai dan memegang erat kepercayaan nenek moyang dan patriarki. Menghalalkan pernikahan anak dengan landasan dari pada sex bebas lebih baik dinikahkan bukannya keluargalah digarda terdepan dalam memberikan edukasi kepada anak-anaknya? juga menganggap menikahkan anak dapat membantu mengurangi beban ekonomi atau menikahkan anak dapat membantu memenuhi ekonomi keluarga dan lain sebagainya.

Pendidikan dinilai tak penting yang penting adalah tau membaca dan menulis tak buta huruf sudah cukup serta menganggap kodratnya seorang wanita hanya sebatas dapur, kasur dan sumur itu masih dipercaya oleh beberapa masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan menengah kebawah yang dapat disimpulkan bahwa semua hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan. Menurut Data Dari Survei Social Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2018 BPS angka penikahan anak diindoneisa terbilang cukup tinggi mencapai 1.2 juta kejadian. Itu data pada tahun 2018, sekarang tahun 2021 mungkin sudah dua kali lipatnya sangat sangat disayangkan.

Jelas dari pernikahan anak ini ada berbagai macam dampak buruk yang terjadi seperti tingginya angka bayi lahir premature, pendarahan saat persalinan dan bahkan berakhir meninggal. Dampak pernikahan anak juga mengakibatkan rentangnya terjadi stress akibat ketidaktahuan cara pengasuahan anak hingga depresi setelah melahirkan ataupun akibat korban kekerasan dalam rumah tangga. Ternyata tak hanya pada ibu dampak fisik pun rentan berdampak pada janin yang akan dilahirkan seperti cacat bawaan lahir, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena janin yang tidak siap lahir karena belum matangnya reproduksi calon ibu, bayi juga rentan dengan permasalahan tumbuh kembang (stunting). 

Tidak hanya itu saja pernikahan anak pun berdampak pada social ekonomi, jika berbicara skala luas SAYA KATAKAN pernikahan anak salah satu penyumbang kemerosotan ekonomi Negara bagaimana bisa? Pernikahan anak mengakibatkan terputusnya sekolah ataupun pernikahan membuat putus sekolah yang kemudian “anak” memiliki perkerjaan kurang atau penghasilan dibawah UMR ataupun tidak juga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari hal tersebut jelas memperkecil peluang dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Menurut data pernikahan anak dibawah usia 18 tahun memiliki tingkat pekerjaan kurang dilapangan kerja formal hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat pendidikan dalam lapangan pekerjaan yang mengakibatkan kurangnya kesempatan anak untuk berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja formal. 

Kemudian selain dalam rana pekerjaan, rana kesehatan pun berdampak menurut data yang saya baca disebuah artikel sekitar 9,5 juta anak Indonesia mengalami stunting artinya satu dari tiga anak Indonesia akan kehilangan peluang mengeyam pendidikan. Stunting ternyata membebani pemerintah pusat hingga Rp 49.767.23 miliar dalam program penanganan stunting tahun 2018 didaerah, penyaluran anggaran untuk mendukung proyek prioritas nasional dalam penurunan angka stunting yang disalurkan melalui dana transfer daerah adalah sebesar Rp 92.571.48 miliar. Jadi apabila pernikahan anak diakhiri atau tidak terjadi lagi maka secara global kematian balita yang rendah dan angka stunting ikut turun dan akan menghemat anggaran Negara hingga 90 miliar setiap setiap tahun.

Yah luar biasa bukan? Dampak dari penikahan anak? untuk para pembaca blog pegiattulisan saya terima kasih semoga dengan adanya tulisan ini bisa sedikit membantu ataupun memahami akan dampak negative yang ditimbulkan oleh perikanahan anak tersebut.  

Terimakasih telah berkunjung, silahkan dishareJ dan sampai ketemu diminggu depan.

Fb :Yita Lamanto

Ig : Yita_Lamanto

 

 

1 comment: