Ketika
ingin serius melanjutkan tulisan ini saya diharuskan untuk mensearching banyak
artikel seputaran tentang sampah. Awalnya saya mengira bahwa permasalahan
sampah hanya banyak berdampak pada ekosistem laut, ternyata hal tersebut hanya salah
satu bagian dari dampak yang ditimbulkan oleh sampah yang kita hasilkan.
Persoalan sampah yang kita anggap biasa ternyata dapat membunuh ribuan mahluk
hidup tak terkecuali manusia. Menyeramkan bukan?
Menurut
data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada februari 2019,
mengatakan bahwa saat ini Indonesia menghasilkan sedikitnya 64 juta ton sampah
setiap tahunnya. Berdasarkan data tersebut 60% sampah berakhir di TPA, 10%
sampah didaur ulang sedangkan 30% mencemari lingkungan. Ditahun 2010 juga
Indonesia menjadi Negara kedua penyumbang sampah plastic terbesar dilautan
dunia setelah china Saya terdiam sejenak ketika membaca angka dari data-data
tersebut betapa banyaknya timbunan sampah yang kita hasilkan setiap tahunnya. Kemudian
berdasarkan sumber timbunan sampah pada tahun 2018, sampah rumah tangga menjadi
penyumbang terbesar yaitu 62% diikuti dengan pasar-pasar tradisional sebesar
13% pusat-pusat perniagaan 7%, kantor-kantor sebanyak 5% dan sisanya berasal
dari lain-lain.
Sampah terdiri dari 2 jenis sampah anorganik dan sampah organic. Anorganik sendiri merupakan jenis sampah yang tidak mudah terurai atau tahan lama seperti : plastic, logam, kaca, karet atau kalengan yang membutuhkan jutaan hingga ratusan tahun lamanya untuk terutai. Sampah Organic sendiri merupakan sampah yang berasal dari mahluk hidup seperti tumbuhan maupun hewan, sifat sampah organic ini mudah terurai atau tidak tahan lama. Ternyata ada banyak aspek yang dirugikan oleh timbunan sampah terutama sampah plastic yang kita hasilkan seperti : dampak terhadap kesehatan, lingkungan hingga ekonomi.
1. Dampak
sampah pada rana kesehatan
Ada
banyak jalan untuk masuknya bahan kimia dalam plastic kedalam tubuh kita
seperti :
a. Penggunaan
kantong plastic terutama kresek berwarna hitam yang digunakan untuk membungkus
makanan terutama makanan panas. Menurut seorang ahli kimia zat pewarna pada plastic
apabila terpapar suhu panas zat tersebut dapat terurai menjadi degradasi
radikal yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit.
b. Penggunaan
Styrofoam. Styrofoam termasuk didalam
jenis plastic atau polimer bahan ini memiki kandungan seperti stirena, benzene
dan formalin yang diketahui dapat memberikan dampak negative pada kesehatan.
c. Ikan
dimeja makan kita. Haa??
Jadi seperti ini prosesnya, Partikel dari sampah plastik yang berakhir dilaut akan menjadi makanan untuk ikan kecil dilaut, ikan kecil tersebut merupakan makanan bagi ikan yang berukuran sedikit lebih besar begitu seterusnya yang kemudian berakhir dimeja makan kita.
Kemudian menurut penelitian menyebutkan bahwa terdapat bahan kimia pada plastic yang berhubungnan dengan kesehatan manusia salah satunya, yaitu BPA (bisphenol-A). Bahan kimia pada plastic ini kerap ditemukan dalam darah ataupun pada jaringan tubuh dari hampir semua mahluk hidup. Adapun manusia yang terpapar oleh bahan kimia plastic BPA (bisphenol-A) tersebut beresiko lebih besar meningkatnya kadar prostat, penurunan produksi hormone testosterone dan meningkatnya pengidap kanker terutama kanker payudara.
2. Dampak
sampah dalam rana ekonomi
Tumpukan
sampah disekitar pekarangan masyarakat yang lama kelamaan menggunung dan
kemudian menjadi penyebab terbesar tersebumbatnya aliran sungai ataupun selokan
kecil disekitaran rumah maupun jalanan. Yang kemudian menjadi salah satu
penyebab terjadinya BANJIR. Banjir yang berkelanjutan hingga menimbulkan
kerugian material seperti rusaknya perkebunan yang merupakan salah satu sumber
pendapatan dari para petani, sawah-sawah hingga rumah-rumah masyarakat. Hal
tersebut tentunya memberikan dampak kerugian pada sector ekonomi. jika kita melihat
lebih jauh selain curah hujan yang lebat tersumbatnya aliran sungai hingga selokan
kecil di pekarangan rumah pun ikut serta menjadi penyebab terjadinya banjir. Dapat
diketahui betapa pentingnya untuk membuang sampah pada tempatnya dan yang tidak
kalah pentingnya adalah hidup dengan minim sampah.
3. Dampak
sampah dalam rana lingkungan
Dimulai
dari kebiasan kita membuang sampah disembarang tempat yang kemudian menumpuk
entah itu diselokan, jalananan atau bahkan disungai-sungai yang merupakan
sumber air minum oleh beberapa kalangan masyarakat ditambah dengan limbah-limbah
pabrik dan polusi yang disebabkan oleh pembakaran-pembakaran sampah. Selain penurunan
kualitas lingkungan oleh bau busuk yang dihasilkan Hal tersebut juga dapat
menyebabkan menurunnya kualitas udara akibat kandungan korbon monoksida (CO), formaldehida
(formalin) dll yang dapat menyebabkan berbagai gangguan infeksi saluran
pernafasan. Yang tidak kala fatalnya sampah yang berakhir dilaut. Menurut para
peneliti dari Environment Agency Austria
dan Medical University of Vienna, setengah dari total plastic yang ada saat
ini, berasal dari abad ke-21. Namun sayangnya hanya 20% sampah plastic yang
didaur ulang. Pada akhirnya, sekitar 10 miliar ton plastic di bumi berakhir di
lautan setiap tahunnya. Benar-benar fakta yang mengejutkan bukan hanya itu
menurut riset pula pada tahun 2050 rerata spesies laut di bumi akan mengonsumsi
plastic. Ini seharusnya menjadi kekhawatiran yang amat sangat untuk kita semua
terhadap keberlangsungan hidup spesies laut dan anak cucu kita di masa depan.
Jadi
sepatutnya kita sebagai masyarakat untuk lebih mengenali dan memperhatikan
dampak dari sampah yang kita hasilkan. Disini saya bukan hanya ingin memberikan
informasi terkait dampak yang ditimbulkan akibat konsumsi sampah kita sendiri,
namun saya ingin memberikan sedikit solusi dari sampah yang kita hasilkan yaitu
dengan memulai hidup minim sampah untuk penjelasan lanjut terkait solusi
konsumerisme ada di blog eps. 2 tentang “SENI HIDUP MINIMALIS”.
Terimakasih
telah berkunjung, sampai ketemu diminggu depan.
Fb
:Yita Lamanto
Ig
: YitaLamanto
No comments:
Post a Comment